
Kebaktian Utama
Minggu, 30 Sepetember 2007
Nats pembimbing : Matius 10 : 16
Pembacaan Alkitab : Luk. 16 : 1 – 13
( Bendahara Yang Tidak Jujur )
Nyanyian :
Saudara/I kekasih TY!
Kalau kita sering nonton SERGAP SIANG di RCTI, maka tentu kita juga sering mendengar apa yang Bang Napi katakan di akhir acara ‘kejahatan itu terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya tetapi karena ada kesempatan! Waspadalah, waspadalah!’
Kesempatan itulah yang telah dipergunakan oleh sang Bendahara dalam pembacaan kita tadi.
Awalnya sulit bagi saya, mungkin juga bagi Bapa, mama,saudara/I, untuk memahami perumpamaan Tuhan Yesus ini. Seorang yang licik dan seorang penipu besar kok malahan dijadikan contoh dan teladan oleh Tuhan Yesus. Mari kita lihat kembali perumpamaan yang diceritakan Tuhan Yesus. Ada seorang bendahara yang tidak jujur. Agaknya karena ketidakjujuran itu pula ia dipecat oleh tuannya. Tetapi apa yang terjadi? Agar nanti setelah ia tidak mempunyai pekerjaan ada orang yang mau menolongnya, ia berusaha mengambil hati orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Ada yang berhutang 100, “Sudah tulis saja 50! Atau 80!” Tapi anehnya Bapa, mama,saudara/I, pada ayat 8 dikatakan begini, “Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anbak terang.” Hal ini nampaknya bukan suatu hal yang aneh, karena jikalau bendahara itu tidak cerdik, tidak mungkin ia bisa menduduki posisi yang sebagus itu. Tapi saya pikir-pikir sepertinya Tuhan Yesus lagi bingung, orang yang tidak jujur kok malah dipuji. Lebih ngelantur lagi ayat 9, Tuhan Yesus bilang begini, Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.Tetapi Tuhan Yesus tidak pernah bingung dan tidak pernah ngelantur. Yang perlu kita cari tahu adalah apa sebenarnya maksud Tuhan Yesus dibalik perumpamaan ini. Pertama-tama saya dan bapa, mama, Sdr2 harus memahami dulu bahwa Yesus tidak berbicara tentang moral dalam perumpamaan ini. Yesus tidak bermaksud menonjolkan karakter seorang manusia yang harus dijadikan panutan. Oleh sebab itu secara moral tokoh ini tidak dapat diteladani sama sekali. Yesus sebenarnya ingin mengutarakan satu sisi lain dari sebuah kebenaran yang sangat dalam.
Dengan mataNya yang awas dan tajam Yesus menerobos masuk ke dalam kehidupan manusia sehari-hari dan menemukan sebutir mutiara di tengah timbunan sampah. Seorang penjahat atau seorang penipu besar, ternyata mempunyai pandangan yang luas tentang masa depan, oleh sebab itu ia bertindak cerdik, ia tanggap, cepat dan tepat dalam memenangkan masa depan. Bendahara itu tidak dipuji oleh karena ketidakjujurannya. Tetapi ia dipuji karena kecerdikannya! Sekali lagi kecerdikannya! Tidak jujur tetap salah! Tetapi setiap orang harus cerdik! Sikap dan tindakan seperti ini jugalah yang harus dimiliki oleh anak-anak Tuhan. Sudah tentu dengan mempergunakan motivasi yang benar dalam meraih damai sejahtera Tuhan.
Karena itu dalam Nats Pembimbing kita, Tuhan Yesus bilang “lihat Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” ( Mat. 10:16).
Apa cerdik itu? Apakah cerdik itu sama dengan licik? Sepintas lalu, kelihatannya cerdik dan licik itu mirip sekali. Tetapi Yesus pasti tidak memaksudkan bahwa orang-orang Kristen harus menjadi orang-orang yang licik!
Saudara – saudara kekasih Tuhan,
Nats Pembimbing kita ini juga sering disalahmengerti, karena itu mari kita pahami dulu nats ini. Yesus mengatakan, “Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah serigala”. Ini menggambarkan situasi dan posisi kita sebagai orang percaya. Seperti domba di tengah serigala. Apa artinya? Artinya, kita berada dalam situasi yang tidak enak, tidak nyaman, penuh bahaya dan ancaman. Sering kali dalam posisi yang jauh lebih lemah, seolah-olah tidak berdaya. Domba tidak bakal menang kalau berkelahi melawan serigala. Tetapi Yesus mengatakan, “Aku mengutus kamu”. Artinya, Yesus yang menempatkan kita di situ. Artinya betapa pun berbahayanya situasi kita, kita tidak boleh melarikan diri dari situ! Orang Kristen tidak boleh menjadi orang Kristen yang eksklusif! Hidup menyendiri, hanya mau bergaul dengan sesama orang Kristen. Jangan! Yesus sudah mengutus kita ke dunia ini, jadi jangan sembunyi, jangan mengasingkan diri, jangan menutup diri terhadap dunia ini.
Namun Yesus sadar betul betapa rentannya dan rawannya keadaan kita itu! Karena itu, selanjutnya Yesus bilang, “Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”.
Mengapa kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati? Ada dua hal! Pertama, kita harus cerdik seperti ular, oleh karena Yesus tidak ingin kita hanya menjadi mangsa dari serigala-serigala. Yesus tidak ingin kita hanya menjadi bulan-bulanan dari serigala-serigala itu ataupun mati konyol oleh serigala-serigala itu. Karena itu kita harus cerdik. Cerdik seperti ular. Kedua, Yesus juga mau – walaupun kita mesti hidup di tengah-tengah serigala – kita tetap domba! Jangan ikut-ikutan menjadi serigala! Jangan juga menjadi serigala berbulu domba! Domba harus tetap domba! Karena itu, tuluslah seperti merpati!
Jadi Yesus tidak mau kita jadi serigala, tidak mau kita jadi ular, tidak mau kita jadi merpati. Yesus mau supaya domba itu tetap domba. Dan untuk itu, kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti seperti merpati! Jadi, cerdik tetapi tulus! Cerdik bukan dalam arti licik!
Apa bedanya cerdik dan licik? Licik selalu berarti merugikan orang lain! Bagaimana saya untung sebanyak-banyaknya, tidak peduli apakah untuk itu saya harus merugikan orang lain. Tetapi cerdik, bukan untuk merugikan orang lain, tetapi untuk melindungi diri sendiri. Supaya kita jangan ditelan oleh serigala-serigala. Cerdik menunjukkan sikap yang ulet, tidak gampang menyerah, tidak gampang putus asa. Mungkin kita ingat cerita-cerita tentang Abunawas atau cerita-cerita kancil. Baik Abunawas maupun Kancil selalu berada di pihak yang lemah dan kecil. Dari segi kekuatan dan kekuasaan, Abunawas tidak dapat dibandingkan dengan Harun Alrasyid yang raja; kancil juga tidak dapat dibandingkan dengan buaya atau macan. Karena kecil dan lemah, mereka sering sekali berada dalam situasi yang amat berbahaya, situasi seperti telur di ujung tanduk. Tetapi mereka disebut cerdik, karena mereka tidak begitu saja menyerah. Mereka putar otak, cari akal, bagaimana caranya supaya bisa lolos dari situasi yang amat sulit itu. Jadi ada dua hal, tidak mau menyerah dan cari akal. Jangan hanya jadi merpati yang polos lalu jadi bulan-bulanan saja di dunia ini, jadi korban yang tidak berdaya di tengah kekuatan-kekuatan yang ada di dunia ini. Pakailah akal sehat. Jangan ajak serigala berkelahi. Kita akan mati konyol, bukan mati syahid.Itu artinya cerdik
Tetapi di dalam kenyataannya yang sering dijumpai adalah ularnya lebih banyak daripada merpatinya sehingga yang ada hanyalah kelicikan semata-mata. Dan sangat disayangkan kelicikan ini terjadi juga di dalam kehidupan anak-anak Tuhan maupun di dalam kehidupan bergereja.
Ada seorang anak Tuhan pernah berkata, ‘kita tidak bisa hidup kalau selalu berlaku jujur harus bohonglah sedikit. Di dunia ini tidak ada yang sempurna. ‘hati-hati dengan filsafat hidup seperti ini. Sebagai anak-anak Tuhan kita memang cerdik, namun kita juga harus tulus seperti merpati. Tulus artinya murni atau tidak bercampur dengan hal-hal yang tidak kudus. Cerdik yang tidak tulus cendrung mengarah kepada kelicikan; sebaliknya, ketulusan tanpa kecerdikan cenderung mengarah kepada kebodohan.
Karena itu yang dimaksud Yesus dalam perumpamaan tentang Bendahara yang tidak jujur ini adalah kita harus cerdik, kita harus tanggap dan bertindak cepat dan tepat dalam kondisi-kondisi tertentu, , kemungkinan atau kemudahan di dalam gereja lewat begitu saja dengan sia-sia karena kita tidak tanggap dan reaksi kita sangat lamban. Seringkali kesempatan itu malahan dipakai oleh orang lain yang menentang dan memusuhi kita, karena kita terlalu ‘bijaksana’, sehingga lamban untuk menentukan pilihan dan mengambil Itulah sebabnya ayat 8 juga bilang, “Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang”. Dan memang pada umumnya yang cerdik-cerdik, yang gesit-gesit, yang banyak akalnya adalah orang-orang dunia, atau orang-orang Kristen yang masih duniawi. Anak-anak Tuhan yang rohani cenderung lamban geraknya karena dalihnya “belum digerakkan Tuhan”, selalu minta Tuhan yang mengerjakan segala sesuatu baginya dengan dalih “mengandalkan Tuhan”, kurang ada inisiatif dan kreatifitas dengan dalih “tunggu pimpinan Tuhan”, dan biasanya lebih senang hanya ngomong dan bukannya segera bertindak karena dalihnya “harus digumulkan dulu”. Terlalu banyak dalih, itulah yang menyumbat kecerdikan anak-anak Tuhan. Sehingga kelihatannya gereja Tuhan hanya berhasil menanamkan iman yang pasif, iman yang menunggu atau iman yang mengklaim, iman yang menuntut, dan bukan iman yang kreatif.
Sekali lagi perhatikan kenyataan bendahara yang tidak jujur itu. Dia berani menghadapi kenyataan. Begitu datang vonis berat yang menimpanya, dia bukan tipe orang yang duduk sambil menyesalkan nasib. Dia juga tidak menipu diri sendiri dengan mengatakan: semuanya aman, tidak terlalu berbahaya, masih ada simpanan dan seterusnya. Tetapi dia segera bertindak dan mengambil keputusan. Seringkali yang terjadi dalam kehidupan kita agak lain. Menghadapi masa-masa sulit, kita terlalu menggantungkan diri dan cepat putus asa. Akhirnya kita lamban dan tidak berbuat apa-apa. Kita perlu teladani orang-orang yang cerdik, yaitu tanggap, siaga dan berani, tetapi dengan jalan ketulusan hati.
Saudara –saudara kekasih Tuhan,
Satu ayat lagi yang memang sulit juga untuk dimengerti adalah ayat 9, “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”. Penafsiran yang pada umumnya diterima adalah sebagai berikut : ikatlah persahabatan. Ikatan persahabatan artinya buatlah persahabatan, atau carilah teman-teman dengan mempergunakan mamon yang tidak jujur. Dalam hal ini pelajaran yang kita terima adalah kita ‘harus mempergunakan’ kekayaan dunia untuk suatu tujuan yang positif, yaitu mendapatkan teman-teman. Kita yang harus menggunakan kekayaan kita, kita yang harus mengaturnya karena kita adalah ‘tuan’ dari kekayaan kita. Bukan sebaliknya, kita diperbudak oleh kekayaan kita, sehingga kita selalu mencarinya siang malam apa pun juga caranya, namun setelah mendapatkannya kita tidak mempergunakannnya untuk hal-hal yang baik. Bendahara yang tidak jujur dikatakan cerdik, karena ia menggunakan ‘mamon yang tidak jujur’ untuk membuat persahabatan dengan orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Namun orang-orang percaya tidak boleh mengikuti cara si bendahara yang tidak jujur ini. Hal membuat persahabat boleh ditiru, tapi dengan cara yang benar.
Dengan mempergunakan mamon yang tidak jujur. Mammon artinya kekayaan. Mamon dikatakan tidak jujur karena ia tidak mengatakan dengan sebenarnya kemampuannya. Kekayaan dicari oleh orang-orang karena ia menjanjikan akan menjadi juruselamat mereka dalam segala hal. Banyak orang yang percaya bahwa uang dapat membeli apa pun juga. Tapi kita tahu, seperti kata-kata orang bijak : Uang dapat membeli obat-obatan namun ia tidak dapat membeli kesehatan; uang dapat membeli ranjang namun ia tidak dapat membeli tidur nyenyak; uang dapat mmebeli computer namun ia tidak dapat membeli kepandaian; uang dapat membeli kesenagan namun ia tidak dapat membeli kebahagiaan. Jadi jelas, bahwa uang memang dapat melakukan sesuatu tetapi bukan segala sesuatu. Mamon memang dapat menolong tapi ada batasnya, sehingga ayat 9 dengan jelas mengatakan ‘ …..jika mammon itu tidak dapat menolong lagi’
Adalah berbahaya jika kita meletakan kepercayaan kita kepada kekayaan yang sangat fana dan tak tentu. Paulus memberikan nasehat kepada orang-orang kaya melalui Timotius, ; Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya diwaktu yang akan datang…(Tim. 6:17-19)
Jika kita bijak menggunakan Mamon yang tidak jujur, maka setelah ia tidak bisa menolong lagi, dalam konteks ini artinya hidup kita berakhir, maka kita akan diterima di dalam kemah yang abadi, yang diartikan sebagai sorga.
Saudara – saudara kekasih Tuhan,
Jadilah orang yang cerdik, gesit serta kreatif, siapkan masa depan kita tapi jangan dengan mengandalkan Mamon yang tidak jujur.
Tuhan memberkati kita
Amin.
Selengkapnya......