Minggu, 30 September 2007

Bendahara Yang Tidak Jujur


Kebaktian Utama
Minggu, 30 Sepetember 2007
Nats pembimbing : Matius 10 : 16
Pembacaan Alkitab : Luk. 16 : 1 – 13
( Bendahara Yang Tidak Jujur )
Nyanyian :

Saudara/I kekasih TY!
Kalau kita sering nonton SERGAP SIANG di RCTI, maka tentu kita juga sering mendengar apa yang Bang Napi katakan di akhir acara ‘kejahatan itu terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya tetapi karena ada kesempatan! Waspadalah, waspadalah!’
Kesempatan itulah yang telah dipergunakan oleh sang Bendahara dalam pembacaan kita tadi.

Awalnya sulit bagi saya, mungkin juga bagi Bapa, mama,saudara/I, untuk memahami perumpamaan Tuhan Yesus ini. Seorang yang licik dan seorang penipu besar kok malahan dijadikan contoh dan teladan oleh Tuhan Yesus. Mari kita lihat kembali perumpamaan yang diceritakan Tuhan Yesus. Ada seorang bendahara yang tidak jujur. Agaknya karena ketidakjujuran itu pula ia dipecat oleh tuannya. Tetapi apa yang terjadi? Agar nanti setelah ia tidak mempunyai pekerjaan ada orang yang mau menolongnya, ia berusaha mengambil hati orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Ada yang berhutang 100, “Sudah tulis saja 50! Atau 80!” Tapi anehnya Bapa, mama,saudara/I, pada ayat 8 dikatakan begini, “Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anbak terang.” Hal ini nampaknya bukan suatu hal yang aneh, karena jikalau bendahara itu tidak cerdik, tidak mungkin ia bisa menduduki posisi yang sebagus itu. Tapi saya pikir-pikir sepertinya Tuhan Yesus lagi bingung, orang yang tidak jujur kok malah dipuji. Lebih ngelantur lagi ayat 9, Tuhan Yesus bilang begini, Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.Tetapi Tuhan Yesus tidak pernah bingung dan tidak pernah ngelantur. Yang perlu kita cari tahu adalah apa sebenarnya maksud Tuhan Yesus dibalik perumpamaan ini. Pertama-tama saya dan bapa, mama, Sdr2 harus memahami dulu bahwa Yesus tidak berbicara tentang moral dalam perumpamaan ini. Yesus tidak bermaksud menonjolkan karakter seorang manusia yang harus dijadikan panutan. Oleh sebab itu secara moral tokoh ini tidak dapat diteladani sama sekali. Yesus sebenarnya ingin mengutarakan satu sisi lain dari sebuah kebenaran yang sangat dalam.
Dengan mataNya yang awas dan tajam Yesus menerobos masuk ke dalam kehidupan manusia sehari-hari dan menemukan sebutir mutiara di tengah timbunan sampah. Seorang penjahat atau seorang penipu besar, ternyata mempunyai pandangan yang luas tentang masa depan, oleh sebab itu ia bertindak cerdik, ia tanggap, cepat dan tepat dalam memenangkan masa depan. Bendahara itu tidak dipuji oleh karena ketidakjujurannya. Tetapi ia dipuji karena kecerdikannya! Sekali lagi kecerdikannya! Tidak jujur tetap salah! Tetapi setiap orang harus cerdik! Sikap dan tindakan seperti ini jugalah yang harus dimiliki oleh anak-anak Tuhan. Sudah tentu dengan mempergunakan motivasi yang benar dalam meraih damai sejahtera Tuhan.
Karena itu dalam Nats Pembimbing kita, Tuhan Yesus bilang “lihat Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” ( Mat. 10:16).
Apa cerdik itu? Apakah cerdik itu sama dengan licik? Sepintas lalu, kelihatannya cerdik dan licik itu mirip sekali. Tetapi Yesus pasti tidak memaksudkan bahwa orang-orang Kristen harus menjadi orang-orang yang licik!

Saudara – saudara kekasih Tuhan,
Nats Pembimbing kita ini juga sering disalahmengerti, karena itu mari kita pahami dulu nats ini. Yesus mengatakan, “Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah serigala”. Ini menggambarkan situasi dan posisi kita sebagai orang percaya. Seperti domba di tengah serigala. Apa artinya? Artinya, kita berada dalam situasi yang tidak enak, tidak nyaman, penuh bahaya dan ancaman. Sering kali dalam posisi yang jauh lebih lemah, seolah-olah tidak berdaya. Domba tidak bakal menang kalau berkelahi melawan serigala. Tetapi Yesus mengatakan, “Aku mengutus kamu”. Artinya, Yesus yang menempatkan kita di situ. Artinya betapa pun berbahayanya situasi kita, kita tidak boleh melarikan diri dari situ! Orang Kristen tidak boleh menjadi orang Kristen yang eksklusif! Hidup menyendiri, hanya mau bergaul dengan sesama orang Kristen. Jangan! Yesus sudah mengutus kita ke dunia ini, jadi jangan sembunyi, jangan mengasingkan diri, jangan menutup diri terhadap dunia ini.
Namun Yesus sadar betul betapa rentannya dan rawannya keadaan kita itu! Karena itu, selanjutnya Yesus bilang, “Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”.
Mengapa kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati? Ada dua hal! Pertama, kita harus cerdik seperti ular, oleh karena Yesus tidak ingin kita hanya menjadi mangsa dari serigala-serigala. Yesus tidak ingin kita hanya menjadi bulan-bulanan dari serigala-serigala itu ataupun mati konyol oleh serigala-serigala itu. Karena itu kita harus cerdik. Cerdik seperti ular. Kedua, Yesus juga mau – walaupun kita mesti hidup di tengah-tengah serigala – kita tetap domba! Jangan ikut-ikutan menjadi serigala! Jangan juga menjadi serigala berbulu domba! Domba harus tetap domba! Karena itu, tuluslah seperti merpati!
Jadi Yesus tidak mau kita jadi serigala, tidak mau kita jadi ular, tidak mau kita jadi merpati. Yesus mau supaya domba itu tetap domba. Dan untuk itu, kita harus cerdik seperti ular dan tulus seperti seperti merpati! Jadi, cerdik tetapi tulus! Cerdik bukan dalam arti licik!
Apa bedanya cerdik dan licik? Licik selalu berarti merugikan orang lain! Bagaimana saya untung sebanyak-banyaknya, tidak peduli apakah untuk itu saya harus merugikan orang lain. Tetapi cerdik, bukan untuk merugikan orang lain, tetapi untuk melindungi diri sendiri. Supaya kita jangan ditelan oleh serigala-serigala. Cerdik menunjukkan sikap yang ulet, tidak gampang menyerah, tidak gampang putus asa. Mungkin kita ingat cerita-cerita tentang Abunawas atau cerita-cerita kancil. Baik Abunawas maupun Kancil selalu berada di pihak yang lemah dan kecil. Dari segi kekuatan dan kekuasaan, Abunawas tidak dapat dibandingkan dengan Harun Alrasyid yang raja; kancil juga tidak dapat dibandingkan dengan buaya atau macan. Karena kecil dan lemah, mereka sering sekali berada dalam situasi yang amat berbahaya, situasi seperti telur di ujung tanduk. Tetapi mereka disebut cerdik, karena mereka tidak begitu saja menyerah. Mereka putar otak, cari akal, bagaimana caranya supaya bisa lolos dari situasi yang amat sulit itu. Jadi ada dua hal, tidak mau menyerah dan cari akal. Jangan hanya jadi merpati yang polos lalu jadi bulan-bulanan saja di dunia ini, jadi korban yang tidak berdaya di tengah kekuatan-kekuatan yang ada di dunia ini. Pakailah akal sehat. Jangan ajak serigala berkelahi. Kita akan mati konyol, bukan mati syahid.Itu artinya cerdik
Tetapi di dalam kenyataannya yang sering dijumpai adalah ularnya lebih banyak daripada merpatinya sehingga yang ada hanyalah kelicikan semata-mata. Dan sangat disayangkan kelicikan ini terjadi juga di dalam kehidupan anak-anak Tuhan maupun di dalam kehidupan bergereja.
Ada seorang anak Tuhan pernah berkata, ‘kita tidak bisa hidup kalau selalu berlaku jujur harus bohonglah sedikit. Di dunia ini tidak ada yang sempurna. ‘hati-hati dengan filsafat hidup seperti ini. Sebagai anak-anak Tuhan kita memang cerdik, namun kita juga harus tulus seperti merpati. Tulus artinya murni atau tidak bercampur dengan hal-hal yang tidak kudus. Cerdik yang tidak tulus cendrung mengarah kepada kelicikan; sebaliknya, ketulusan tanpa kecerdikan cenderung mengarah kepada kebodohan.
Karena itu yang dimaksud Yesus dalam perumpamaan tentang Bendahara yang tidak jujur ini adalah kita harus cerdik, kita harus tanggap dan bertindak cepat dan tepat dalam kondisi-kondisi tertentu, , kemungkinan atau kemudahan di dalam gereja lewat begitu saja dengan sia-sia karena kita tidak tanggap dan reaksi kita sangat lamban. Seringkali kesempatan itu malahan dipakai oleh orang lain yang menentang dan memusuhi kita, karena kita terlalu ‘bijaksana’, sehingga lamban untuk menentukan pilihan dan mengambil Itulah sebabnya ayat 8 juga bilang, “Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang”. Dan memang pada umumnya yang cerdik-cerdik, yang gesit-gesit, yang banyak akalnya adalah orang-orang dunia, atau orang-orang Kristen yang masih duniawi. Anak-anak Tuhan yang rohani cenderung lamban geraknya karena dalihnya “belum digerakkan Tuhan”, selalu minta Tuhan yang mengerjakan segala sesuatu baginya dengan dalih “mengandalkan Tuhan”, kurang ada inisiatif dan kreatifitas dengan dalih “tunggu pimpinan Tuhan”, dan biasanya lebih senang hanya ngomong dan bukannya segera bertindak karena dalihnya “harus digumulkan dulu”. Terlalu banyak dalih, itulah yang menyumbat kecerdikan anak-anak Tuhan. Sehingga kelihatannya gereja Tuhan hanya berhasil menanamkan iman yang pasif, iman yang menunggu atau iman yang mengklaim, iman yang menuntut, dan bukan iman yang kreatif.
Sekali lagi perhatikan kenyataan bendahara yang tidak jujur itu. Dia berani menghadapi kenyataan. Begitu datang vonis berat yang menimpanya, dia bukan tipe orang yang duduk sambil menyesalkan nasib. Dia juga tidak menipu diri sendiri dengan mengatakan: semuanya aman, tidak terlalu berbahaya, masih ada simpanan dan seterusnya. Tetapi dia segera bertindak dan mengambil keputusan. Seringkali yang terjadi dalam kehidupan kita agak lain. Menghadapi masa-masa sulit, kita terlalu menggantungkan diri dan cepat putus asa. Akhirnya kita lamban dan tidak berbuat apa-apa. Kita perlu teladani orang-orang yang cerdik, yaitu tanggap, siaga dan berani, tetapi dengan jalan ketulusan hati.

Saudara –saudara kekasih Tuhan,
Satu ayat lagi yang memang sulit juga untuk dimengerti adalah ayat 9, “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”. Penafsiran yang pada umumnya diterima adalah sebagai berikut : ikatlah persahabatan. Ikatan persahabatan artinya buatlah persahabatan, atau carilah teman-teman dengan mempergunakan mamon yang tidak jujur. Dalam hal ini pelajaran yang kita terima adalah kita ‘harus mempergunakan’ kekayaan dunia untuk suatu tujuan yang positif, yaitu mendapatkan teman-teman. Kita yang harus menggunakan kekayaan kita, kita yang harus mengaturnya karena kita adalah ‘tuan’ dari kekayaan kita. Bukan sebaliknya, kita diperbudak oleh kekayaan kita, sehingga kita selalu mencarinya siang malam apa pun juga caranya, namun setelah mendapatkannya kita tidak mempergunakannnya untuk hal-hal yang baik. Bendahara yang tidak jujur dikatakan cerdik, karena ia menggunakan ‘mamon yang tidak jujur’ untuk membuat persahabatan dengan orang-orang yang berhutang kepada tuannya. Namun orang-orang percaya tidak boleh mengikuti cara si bendahara yang tidak jujur ini. Hal membuat persahabat boleh ditiru, tapi dengan cara yang benar.
Dengan mempergunakan mamon yang tidak jujur. Mammon artinya kekayaan. Mamon dikatakan tidak jujur karena ia tidak mengatakan dengan sebenarnya kemampuannya. Kekayaan dicari oleh orang-orang karena ia menjanjikan akan menjadi juruselamat mereka dalam segala hal. Banyak orang yang percaya bahwa uang dapat membeli apa pun juga. Tapi kita tahu, seperti kata-kata orang bijak : Uang dapat membeli obat-obatan namun ia tidak dapat membeli kesehatan; uang dapat membeli ranjang namun ia tidak dapat membeli tidur nyenyak; uang dapat mmebeli computer namun ia tidak dapat membeli kepandaian; uang dapat membeli kesenagan namun ia tidak dapat membeli kebahagiaan. Jadi jelas, bahwa uang memang dapat melakukan sesuatu tetapi bukan segala sesuatu. Mamon memang dapat menolong tapi ada batasnya, sehingga ayat 9 dengan jelas mengatakan ‘ …..jika mammon itu tidak dapat menolong lagi’
Adalah berbahaya jika kita meletakan kepercayaan kita kepada kekayaan yang sangat fana dan tak tentu. Paulus memberikan nasehat kepada orang-orang kaya melalui Timotius, ; Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya diwaktu yang akan datang…(Tim. 6:17-19)
Jika kita bijak menggunakan Mamon yang tidak jujur, maka setelah ia tidak bisa menolong lagi, dalam konteks ini artinya hidup kita berakhir, maka kita akan diterima di dalam kemah yang abadi, yang diartikan sebagai sorga.

Saudara – saudara kekasih Tuhan,
Jadilah orang yang cerdik, gesit serta kreatif, siapkan masa depan kita tapi jangan dengan mengandalkan Mamon yang tidak jujur.
Tuhan memberkati kita
Amin.

Selengkapnya......

Rabu, 26 September 2007

Efata !!!, Terbukalah!!!


Kebaktian Utama
Minggu, 9 September 2007
Nats Pembimbing : Mat. 25 : 45
Pembacaan Alkitab : Mark. 7 : 31 - 37
Nyanyian : KJ 15:1,3/ KJ 3:1,3/ KJ 27:1/ KJ 36:1/ KJ 46/ KJ 280:1-3/ KJ 450:1–dst/ KJ 425 : 1,3

Efata !!, Terbukalah !!!

Saudara-saudara kekasih Tuhan !

Efata! Artinya : Terbukalah! Banyak gereja yang diberi nama Efata. Kalau di NTT tentu kita ingat di Soe ada gereja yang bernama Efata. Mungkin ada lagi ditempat lain. Efata bisa berati bahwa gereja itu sudah sembuh dari bisu atau gagap dan tuli.
Seorang yang bisu, pasti mengalami tuli sejak lahir. Sejak saya lahir sampai sekarang ini, saya tidak pernah tahu bahwa orang bisu tuli bisa sembuh kecuali dari kesaksian Alkitab.

Banyak orang pada zaman Yesus yakin bahwa orang yang bisu/gagap tuli itu orang yang di kutuk oleh Allah. orang yang bisu/gagap tuli mereka juga mengalami kesusahan dalam komunikasi dengannya. Apalagi dia dianggap orang yang terkutuk, ia dijauhi oleh masyarakat. Namun puji Tuhan Yesus menyembuhkan orang itu dengan caranya sendiri. Setelah menegadah ke langit, kemudian Ia berkata Efata yang artinya Terbukalah, seketika itu mujizat pun terjadi. Kesembuhan menjadi milik orang itu. Bukan saja sakitnya yang disembuhkan, tetapi lebih dari itu ia bisa mengalami hidup secara normal. Ia dibebaskan dari kutukan.
Terbukalah! Sesuatu yang menutup telinganya selama ini, terlepas; sesuatu yang mengikat lidahnya selama ini, terlepas; beban yang selama ini menindih hidupnya terangkat.

Saudara-saudara kekasih Tuhan !

Ayat 31-32, banyak orang di daerah Dekapolis, rupanya, telah mendengar tentang Yesus, sehingga mereka membawa orang yang gagap dan tuli itu supaya disembuhkan oleh Yesus. Dulu belum ada alat telekomunikasi; telepon, belum ada handphone, belum ada radiogram/telegram, namun berita tentang Yesus tersiar dari mulut ke mulut orang Kupang pakai istilah mulut gram.

Dalam ayat 33-35, peristiwa penyembuhannya itu dimana Yesus membawa orang yang bisu/gagap tuli itu menjauh dari banyak orang. Tetapi rupanya tidak terlalu jauh, sehingga orang-orang bisa mendengar kata-kata Yesus. Dengan cara yang unik, memakai ludah dan doa, lalu dengan satu kata ”Efata” orang gagap tuli itu sembuh saat itu juga.
Peristiwa penyembuhan Yesus itu sungguh luar biasa, membuat takjub, kagum dan gempar orang-orang yang menyaksikan mujizat itu.

Pada ayat 36 anehnya Yesus menyuruh mereka tutup mulut. Yesus berpesan kepada orang-orang banyak di situ agar tidak menceritakan peristiwa itu kepada siapapun juga. Namun pesan Yesus tidak dipedulikan mereka, bahkan berita itu makin tersiar kemana-mana. Heran juga. Ini bisa dikatakan melawan Yesus. Mengapa? Mereka tak bisa menyembuyikan rasa sukacita, keheranan, kekaguman bahkan rasa hormat mereka terhadap Yesus dan apa yang dilakukan-Nya. ”ia menjadikan segala-galanya baik.....”( ayat 37)

Memang, berita ini kalau didengar orang Farisi, ahli-ahli Taurat lainnya, mereka akan marah dengan apa yang dibuat Yesus. Tetapi Yesus tidak peduli dengan orang-orang itu, karena misi utama-Nya adalah menolong orang-orang susah, yang miskin, yang ditindas penguasa, dan yang diabaikan oleh masyarakat.

Di ayat 37, banyak orang menjadi takjub dan memuji Yesus. ”Ia menjadikan segala-galanya baik”. Hal ini benar-benar menjadi kabar baik bagi orang-orang menderita, tetapi di sisi lain merupakan tanggapan banyak orang terhadap ”penguasa” bahkan ”mahkamah agama” yang telah merusak masa depan masyarakat atau umat. Dengan demikian, ”baik tidak semata-mata sembuh dari penyakit, karena tidak semua orang menderita sakit secara fisik. Mereka semua mengalami tekanan yang berat, baik hidup sebagai masyarakat maupun sebagai umat Allah. Suasana telah menjadi lebih baik, dan pengharapan semakin lebih mengembirakan. Dalam kedaaan itulah, kehadiran Yesus sangat diharapkan.

Saudara-saudara kekasih Tuhan !

Sebagai kepala Gereja, penyembuhan yang dilakukan Yesus menunjukkan bahwa gereja juga berperan untuk menjadikan segala sesuatu menjadi baik. Gereja dalam hal ini bukan saja para pemimpin, para pelayan, para pekerja gereja tetapi juga segenap warganya didorong untuk memiliki rasa solidaritas, kepekaan dan perhatian terhadap orang-orang yang mengalami, kesusahan, kesulitan, keterpurukan dan pergumulan-pergumulan tertentu.
Lebih dari itu juga gereja hadir untuk membuat suasana persekutuan jemaat menjadi nyaman dan memberi pengharapan yang mengembirakan dan suasana itu bukan saja dipromotori oleh pemimpin, pekerja gereja tetapi juga segenap warganya didorong untuk melakukannya juga tanpa harus diminta terlebih dahulu.
Bagi gereja yang bernama Jemaat Efata tentu telinganya tidak tuli untuk mendengar jeritan penderitaan warganya karena kesulitan dan kesusahan. Dengan demikian gereja lebih cepat berinisiatif untuk menolong dengan segala kemampuan yang ada, mengalang segala komponen jemaat untuk berpartisipasi dalam meringankan bahkan melepaskan kesusahan yang dialami warganya.
Dan mulutnya tidak gagap lagi, sehingga mampu berkomunikasi dengan baik di tengah persekutuan jemaat. Singkatnya, telinga dan mulut perlu digunakan untuk menggerakan pelayanan kepada warga jemaat yang lapar, dan haus, tiada tumpangan, telanjang, sakit dan terpenjara ( Matius 25 : 31 – 46 ).

Bagi gereja yang telinganya tertutup dan tidak mau mendengar jeritan warganya, dan yang mulutnya membisu Terhadap Kesusahan Yang Dialami Warganya; Kini Yesus datang meludahi telingamu, mendoakanmu, dan berkata kepadamu; ”Efata!” yang artinya ”Terbukalah!”

Saudara-saudara kekasih Tuhan !

Sebentar kita akan mensyukuri 3 tahun berdirinya gereja Genesaret Danau Ina. Bagiamana kita sebagai persekutuan memaknai pertambahan usia 3 tahun ini.
Kita pun tidak bisa menutup mulut, berdiam diri. Kita harus bersaksi memberitakan injil atau kabar baik tentang Yesus kepada orang-orang disekeliling kita, khususnya yang belum baik. Bukan itu saja! kita pun dipanggil untuk berpartisipasi dalam misi Kristus, yakni menjadikan segala sesuatu baik, dan bukan sebaliknya. Sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus bapa, mama, saudara/i dan saya adalah agen Kristus untuk kebaikan dan kedamaian di tengah masyarakat dan umat Tuhan. Marilah kita menjadi saksi bagi-Nya dalam kata dan perbuatan yang memuliakan Tuhan. kita harus sama seperti orang-orang yang menyaksikan perbuatan dan kabar sukacita yang dibuat Tuhan terhadap sibisu tuli dan tetap mau menyiarkan kabar sukacita lewat perbuatan kita juga. Sebagai pengikut Kristus maka jangan takut untuk memberikan kesaksian tentang perbuatan Allah yang baik dalam hidup kita. Dan jangan mengandalkan kemampuan kita saja yang kadangkala ini yang membuat kita lupa atau tidak mengakui bahwa Allahlah yang hadir dan menuntun hidup kita setiap saat dalam suka dan duka.
Memaknai 3 tahun bertumbuhnya gereja Genesaret danau Ina. Visi dan Misi pelayanan kita mulailah dari apa yang dapat kita lakukan dan apa yang ada pada kita untuk membawa syalom Allah ditengah-tengah persekutuan kita. Dan tentu dengan demikian tangan Tuhan yang telah menumbuhkan persekutuan gereja ini, mengaruniakan kita semua baik itu pekerja gereja dan jemaat keseluruhan hikmat-Nya, kearifan-Nya dan kebijaksanaan-Nya dan kasih-Nya untuk menjalankan pelayanan untuk dan demi kemulian nama Tuhan.

Menutup khotbah ini saya akan menyampaikan cerita tentang hidup orang dalam persekutuan sebagai sebuah keluarga :
Ada 2 orang bersaudara. Barra menikah dan memiliki dua orang anak, sedangkan Barri tidak menikah. Kedua orang tua mereka sudah lama meninggal dan kini mereka berdua menggarap ladang peninggalan orang tua mereka. Setiap tahun mereka membagi rata hasil ladang mereka.
Suatu hari Barra berpikir, “ Kasihan sekali saudaraku Barri, dia tidak menikah sehingga tidak ada yang memperhatikan dia kelak pada masa tuanya. Sedangkan aku memiliki isteri dan anak-anakku yang bisa merawatku ketika aku tua. Rasanya tidak adil jika hasil ladang yang kami garap harus dibagi sama rata. Aku harus memberikan lebih banyak kepadanya. “ Maka Barra pun pergi secara diam-diam memasukan beberapa karung padi dalam lumbung Barri. Sementara itu, Barri pun berpikir demikian, “ Tidak adil kalau hasil ladang ini kami bagi rata. Saudara Barra lebih banyak tanggungan daripada aku. Ia mempunyai isteri dan anak-anak yang harus diberi makan, aku harus memberikan sebagian dari bagianku, “ maka pada malam hari Barri pun pergi secara diam-diam memasukan padi ke lumbung saudaranya.
Mereka terus melakukannya selama bertahun-tahun, sehingga keduanya selalu memiliki persediaan makanan yang lebih. Menjelang berakhirnya musim panen tahun itu, masing-masing dari mereka melakukan kebiasaan mengantar padi ke lumbung saudaranya. Sambil memikul karung padi di pundaknya, Barra berjalan di kegelapan malam menuju lumbung saudaranya
Suatu ketika pada satu malam terdengar satu bunyi yang sangat keras, ternyata bunyi dua orang bertabrakan didalam kegelapan. Ada seseorang yang menabrak Barra hingga ia jatuh. Sedikit cahaya bintang pada kegelapan itu sudah cukup membuat Barra melihat bahwa orang menabraknya itu juga memikul karung padi dipunggungnya. Ketika mereka saling meminta maaf, Barra baru mengetahui bahwa orang yang menabraknya itu tidak lain adalah Barri saudaranya yang juga sedang menuju lumbung Barra. Akhirnya kedua saudara itu berpelukan dan menangis. Kegelapan malam telah berubah menjadi terang dan melihat itu sebuah suara indah pasti terdengar, “ Aku menyukai semua ini dan Aku hadir di sini. Karena di mana ada kasih antara sesama, disitulah Aku datang dan memberkati. “
Tuhan berjanji bahwa dimana ada kerukunan dan perhatian antara satu sama lain, disitu Ia hadir dan mencurahkan berkat-berkatNya. Janganlah berbagai beban hidup dan pernak-pernik persoalan yang menyertai kita, membuat kasih dan perhatian kita kepada sesama menjadi terkikis. Dunia yang kita hidupi sekarang ini mendorong orang memikirkan diri sendiri dan kepentingannya saja. Tapi hari ini kita diingatkan kembali untuk saling mengasihi dan saling memperhatikan, karena di sanalah berkat-berkat Tuhan tercurah bagi kita.


Tuhan memberkati Kita
Amin.

Selengkapnya......

Senin, 24 September 2007

Peganini dengan satu senar



Niccolo Paganini, seorang pemain biola yang terkenal di abad 19, memainkan konser untuk para pemujanya yang memenuhi ruangan. Dia bermain biola dengan diiringi orkestra penuh.Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya tapi dia meneruskan memainkan lagunya. Kejadian yang sangat mengejutkan senar biolanya yang lain pun putus satu persatu hanya meninggalkan satu senar, tetapi dia tetap main. Ketika para penonton melihat dia hanya memiliki satu senar dan tetap bermain, mereka berdiri dan berteriak,"Hebat, hebat."Setelah tepuk tangan riuh memujanya, Paganini menyuruh mereka untuk duduk. Mereka menyadari tidak mungkin dia dapat bermain dengan satu senar. Paganini memberi hormat pada para penonton dan memberi isyarat pada dirigen orkestra untuk meneruskan bagian akhir dari lagunya itu.Dengan mata berbinar dia berteriak, "Peganini dengan satu senar" Dia menaruh biolanya di dagunya dan memulai memainkan bagian akhir dari lagunya tersebut dengan indahnya. Penonton sangat terkejut dan kagum pada kejadian ini.

Renungan :

Hidup kita dipenuhi oleh persoalan, kekuatiran, kekecewaan dan semua hal yang tidak baik. Secara jujur, kita seringkali mencurahkan terlalu banyak waktu mengkonsentrasikan pada senar kita yang putus dan segala sesuatu yang kita tidak dapat ubah.Apakah anda masih memikirkan senar-senar Anda yang putus dalam hidup Anda? Apakah senar terakhir nadanya tidak indah lagi? Jika demikian, janganlah melihat ke belakang, majulah terus, mainkan senar satu-satunya itu. Mainkanlah itu dengan indahnya.

Sumber : Anonymous

Selengkapnya......

Minggu, 23 September 2007

Allah Maha Tahu

Kebaktian Utama Dan Pelayanan Baptisan Bagi Seorang anak dari kel. Pada (Ggs VI)
Minggu, 23 September 2007
Nats Pembimbing : Roma 8 : 28
Pembacaan Alkitab : Maz 139 : 1 - 14

Ada percakapan disebuah bengkel tukang kayu, beberapa potong kayu baik yang baru ditebang maupun yang sudah lama ditebang, mengadakan percakapan. Sepotong kayu yang berukuran agak panjang berkata, “rasanya lebih enak ketika aku berada di tengah-tengah hutan. Aku bisa melihat berbagai binatang-binatang yang lucu, merasakan hembusan angin yang sepoi-sepoi. Di sini aku cuma duduk-duduk begini saja. Bosan rasanya “kemudian kayu yang lebih besar berkata, “Benar katamu, aku juga sudah mulai bosan di sini, dikeringkan bolak-balik setiap hari. Dikiranya enak begini, lihat badanku jadi kering dan hitam begini. “Tidak ketinggalan kayu yang kecil juga ikut berkata, “Memang nasib, seandainya aku bisa memilih, aku tidak mau berada disini. Apalah artinya aku yang kecil ini, paling-paling dibuang ke tempat perapian. Nasib kalian berdua kurasa lebih baik dari padaku.

Kemudian masuklah Si Tukang Kayu, ditangannya ada gambar sebuah kursi singgasana raja. Rupanya ia mendapat pekerjaan untuk membuat perabot bagi istana raja. Dengan cermat ia memilih kayu terbaik untuk dijadikan kursi bagi Sang Raja. Dengan cekatan ia mengambil semua peralatan pertukangannya. Dengan teliti ia memotong, menyugu, memahat, mengukir dan mengamplas semua kayu yang dikerjakannya sehingga membentuk sebuah singgasana kerajaan yang begitu indah dan agung.
Seringkali didalam kehidupan ini, kita merasakan bahwa kita tidak mempunyai arti apa-apa kita terlalu kecil untuk dijadikan sesuatu yang berguna. Kita terlalu hina untuk dijadikan berharga. Kita terlalu rapuh untuk meneggakkan yang terkulai. Kita terlalu “miskin” untuk menolong orang yang memerlukan. Kita terlalu lemah untuk menguatkan yang letih. Kita terlalu bodoh untuk mengajari orang lain. Sepertinya tidak ada yang bisa diberikan bagi orang lain di dalam hidup ini.

Memang itulah masalah-masalah manusia. Masing-masing hanya sibuk memikirkan diri sendiri, sama seperti potongan-potongan kayu-kayu diatas. Semua pikiran, kegiatan dan usaha hanya tertuju untuk diri sendiri dan akhirnya kita merasa tidak berarti dan jenuh. kita tidak pernah mencoba untuk melihat ke sekeliling kita, apakah ada sesuatu yang bisa dikerjakan sehingga membuat hidup menjadi lebih berarti.
Saya tahu bahwa itu adalah saat-saat yang sangat menyiksa. Tetapi tahukah bapa, mama dan saudara-saudara bahwa ada seseorang yang tetap memperhatikan kita? Tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya sebab Dia mengerti isi hati dan pergumulan kita. Di waktu anda merasa tidak berarti Dia adalah Allah yang setia yang akan tetap menemani anda. Tidak ada alasan untuk berlarut dalam kesedihan dan keputusasaan, sebab Dia akan mengendong, kita seperti seorang bayi yang tidur dengan lelap di pangkuan ibunya. Allah mengetahui jika kita duduk atau berdiri karena Dia mengasihi kita.

Pembacaan Mazmur ini telah menyampaikan bagi kita suatu pengakuan iman akan Tuhan, Allah yang Maha tahu. Pokok iman ini cukup kerap diakui dan ditegaskan dalam PL. Tuhan adalah Allah yang Mahatahu (I Sam 2:3). Kebenaran iman ini menjadi suatu pengakuan iman yng begitu dalam, suatu ketakjuban, sukacita, penyembahan, kepercayaan serta penyerahan diri seperti dalam mazmur ini. Isi pokok iman tentang Tuhan, Allah yang Maha tahu, ialah bahwa kita dikenal. Bagi pemazmur hal ”dikenal” itu bukanlah suatu teori abstrak melainkan suatu pengalaman hidup. Pengalaman dikenal terjadi melalui pengalaman dilindungi, disentuh, dijumpai, dan dituntun kepada jalan kehidupan. Manusia mengenal diri sendiri karena dikenal oleh Allah. Pengenalan yang sempurna tentang diri sendiri kita ada pada Tuhan dan bukan pada diri kita. Rahasia pengetahuan Tuhan yang ajaib mulai dari kejadian kita di dalam rahim ibu. Ada suatu yang ajaib yang terjadi di antara bakal anak dan ibu. Demikian pula rahasia pengetahuan Tuhan tentang kita, rahasia hubungan-Nya dengan kita. Manusia yang merasa dikenal mengakui hal itu.
Struktur mazmur ini menunjukkan bahwa orang yang mengalami pengetahuan Allah tidak berhenti pada kekaguman akan pengetahuan itu tetapi tetap memohon agar terus dikenal oleh Allah. Pemazmur tetap memohon dikenal oleh Allah karena dia belum mengenal dirinya sendiri. Mazmur mendidik kita supaya belajar hidup selalu dengan mengingat Allah yang mengenal kita di segala tempat dan waktu. Kalau kita bertekun, kita pasti akan mendapatkan buah seperti yang dialami oleh pemazmur.

Bilamana kita meletakan serta menyerahkan hidup kita ke dalam tangan Allah yang Maha Tahu, dan membiarkan Ia yang membentuk kita menjadi sesuatu yang berguna dan berarti, maka Ia akan membentuk kita sesuai dengan rencana-Nya. Maka kita akan melihat, bagiamana Ia membuat kita menjadi baru, lebih berarti, lebih berguna, lebih percaya diri, lebih di sayangi orang-orang di sekeliling kita. Untuk itulah Mari serahkanlah hidup kita ke dalam tangan-Nya, biarlah Ia membentuk hidup anda.
Saya pernah menonton di TV acara Rohani tentang Untaian Kasih disana ada disampaikan sebuah kisah nyata, saya mau menyampaikan kembali kepada kita sehingga kisah nyata ini dapat menguatkan kita bahwa Tuhan itu mengenal kita kita sangat dalam, Tuhan memiliki rencana yang indah bagi setiap orang :
Kelahiran seorang anak laki-laki Nick namanya memang berbeda dengan kelahiran bayi-bayi pada umumnya. Biasanya kehadiran seorang bayi memberi sukacita di hati kedua orangtua, tetapi tidak demikian dengan Nick. Ketika melihat Nick untuk pertama kalinya, ibunya meminta perawat untuk membawanya pergi. Karena ia lahir tanpa tangan dan tanpa kaki. Itu terjadi pada tanggal 4 Desember 1982 di kota Melbourn. Sebenarnya Nick diperkirakan tidak akan bertahan hidup, tetapi kenyataannya ia terus bertumbuh menjadi anak yang sehat.
Meskipun menyimpan berjuta tanda tanya dan rasa kecewa kepada Tuhan, karena anak laki-lakinya terlahir cacat, tetapi bapa dan ibu Nick berusaha membesarkan dan mendidik Nick menjadi orang yang bertanggung jawab dan mandiri. Mereka tidak mau Nick tenggelam dalam sikap yang mengasihani diri sendiri. Banyak tantangan yang dihadapi Nick dan orang tuanya pada masa pertumbuhan Nick. Ketika Nick mulai Masuk bangku sekolah, dia mengalami penolakan lewat ejekan dari teman-temannya. Namun bekal kepercayaan diri yang ditanamkan orang tua yang mengasihaninya, membuat Nick bertahan dan akhirnya memiliki banyak teman. Walaupun telah terbentuk menjadi manusia yang cukup tegar, tetapi keraguan bahwa apakah Allah mengasihi Nick kerap menyerang imannya. Pertanyaan-pertanyaan selalu berkecambuk di benaknya, apakah Allah menciptakannya serupa dan segambar dengan-Nya. Keraguan yang bergejolak itu sempat membuat Nick hanpir saja mengakhiri hidupnya.

Kasih Allah adalah sempurna dalam hidup orang-orang yang mengasihi-Nya. Allah terus menguatkan Nick. Menumbuhkan iman dan pengharapan di hatinya sehingga Nick berhasil melalui masa-masa krisis di dalam hidupnya. Melalui dukungan doa, moral, dan nasihat-nasihat membangun dari orang tuannya yang adalah seorang gembala sidang, Nick akhirnya menerima bahwa Allah memang turut bekerja mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi-Nya. Di usia 15 tahun, Nick menyerahkan hidupnya kepada Allah. Nick yang telah mengalami perjumpaan dengan Allah menemukan potensi dalam hidupnya. Saat insiprasi ini Allah telah memakai Nick menjadi seorang pengkhotbah yang menguatkan iman dan memberi inspirasi kepada banyak orang bahwa Allah benar-benar mengasihi dan memiliki rencana yang indah di dalam hidup setiap orang. Selain menjadi pembicara dimana-mana, Nick juga bekerja sebagai seorang akuntan, karena pada usia 21 tahun ia berhasil meraih gelar sarjana di bidang ekonomi.

Keberadaan cacat fisik, tidak menjadi penghalang bagi Allah untuk memakai hidup siapapun. Jika Allah bisa memakai kehidupan pemuda tanpa tangan dan kaki seperti Nick - seorang pemuda yang tetap mengasihi dan mempercayai-Nya maka Dia juga pasti bisa memakai hidup kita semua untuk menjadi berkat bagi banyak orang.

Untuk itu janganlah menghabiskan waktu dan memboroskan tenaga untuk menyesali diri karena keadaan atau kekurangan kita yang kita miliki. Atau yang orang lain miliki sedang kita tidak. Kita tahu bahwa kita akan dapat menikmati semua yang Tuhan sediakan di Sorga kelak. Selanjutnya berusahalah melakukan sesuatu yang bernilai kekal dan mulia selama kita berada di dunia ini. Apapun yang kita hadapi dan miliki bukan alasan untuk berkecil hati dan merasa tidak berarti sehingga kita menyai-nyiakan hidup ini dan menyalahkan Tuhan. Untuk apa yang Tuhan izinkan terjadi di dalam kehidupan anak-anak-Nya, selalu ada sisi baik atau sisi positif. Sebab itu jangan semata-mata menilai kehidupan ini dari penilaian manusia karena Tuhan tidak pernah menilai kita sebagaimana manusia menilai kita. Mungkin dengan keadaan kita seperti sekarang ia justru membawa kita lebih dekat kepada-Nya, dan lebih berharap kepada-Nya.
Biarlah kita dengan hati yang kuat dan jiwa besar dapat berkata ” Terima kasih Tuhan untuk semua yang boleh kami miliki kekurangan dan kelebihan yang ada pada saya” karena kami tahu Tuhan mengasihi dan mengenal kami lebih dalam dan karya perbuatan-Mu besar dan dahsyat”
Hari ini seluruh umat kepunyaan Tuhan bersyukur seorang anak dari keluarga Pada dibaptis. Bagi keluarga pada dan saksi hari ini kasih setia Tuhan yang maha tahu dan mengenal kita secara dalam dinyatakan dalam Baptisan ini, ingatlah bahwa Tuhan oleh anugerah-Nya mengaruniakan kepada kita dan anak kekasih kita kehidupan kekal untuk itulah keyakinan seperti itu harus diajarkan kepada anak-anak kita bahwa Tuhan merancangkan kehidupan yang baik bagi setiap umat manusia yang mengasihi-Nya yang tidak saja mau mengenal-Nya tetapi yang mau dikenal oleh Tuhan. Untuk itulah Mari serahkanlah hidup kita ke dalam tangan-Nya, biarlah Ia membentuk hidup kita dan anak-anak serta keluarga.
Peranan orang Tuhan senantiasa menjadi sesuatu yang berharga dalam membawa anak-anak mengenal akan kasih dan anugerah Tuhan bagi hidup mereka walaupun hidup yang mereka alami penuh dengan tantangan dan cobaan tetap mereka setia dan mengasihi Tuhan.

Tuhan memberkati keluarga Pada, saksi
Dan Kita Semua
Amin.

Selengkapnya......

Jumat, 21 September 2007

Engkau, Ikutlah Aku

Kebaktian Utama
Minggu, 9 September 2007
Nats Pembimbing : Yoh 21 : 22
Pembacaan Alkitab : Yoh 21 : 20 – 23
Nyanyian :

Engkau, Ikutlah Aku
Dalam pembacaan kita hari ini ada disebutkan tentang seorang murid yang paling dikasihi Yesus dan murid itu tidak akan mati. Benarkah demikian saudara-saudara? Lalu siapa murid yang paling dikasihi Yesus itu? Ada penafsir bilang Yohanes adalah murid yang paling dikasihi Yesus. Dalam catatan, ia adalah putra Zebedeus dan mungkin juga putra Salome dan salah satu dari dua belas murid Yesus. Ia juga salah satu dari tiga murid istimewa bersama Petrus dan Yakobus. Ada dugaan Yohanes adalah penulis kitab Yohanes. Ia tinggal di Efesus dan dibunuh semasa pemerintahan Kaisar Traianus pada awal abad ke-2 Masehi. Secara harafiah nama Yohanes itu berarti Allah memberi karunia.

Ayat 20-21 sebenarnya hendak menolong kita untuk mengerti apa yang Tuhan Yesus mau katakan tentang murid yang dikasihi itu dalam ayat 22. Yaitu Peran dari murid yang dikasihi itu sebagai saksi hingga kedatangan Yesus yang terbukti dengan ditulisnya kitab Yohanes ini. Dalam ayat 22 ada semacam pemahaman bahwa murid yang dikasihi itu akan hidup terus sampai Tuhan Yesus datang kembali. Sehingga perkataan Yesus di sini mengingatkan kita untuk tidak ambil pusing tentang pemahaman itu. Yang penting bagi Yesus ialah ikut Dia. Dan dalam ayat 23 menjadi lebih jelas bahwa kabar tentang murid yang dikasihi itu tidak akan mati adalah omong kosong. Dalam ayat 22 kata asli (Yunani) tidak menggunakan “mati” atau “hidup” tetapi murid yang dikasihi itu akan “tinggal”. Bahkan dalam ayat 24, murid yang dikasihi itu akan tinggal dalam jemaat untuk memberi kesaksian meskipun secara fisik ia sudah mati. Lalu perkataan murid yang dikasihi itu diarahkan kepada Petrus. Maksudnya, Yesus tidak hendak membanding-bandingkan satu murid dengan murid yang lain. Lebih dari itu Yesus juga ingin agar jangan urus orang lain tapi lebih baik urus dirimu sendiri.

Saudara-saudara kekasih Tuhan,
Perikop sebelumnya menceritakan tentang tugas yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada Simon Petrus dan apa yang akan terjadi padanya pada masa tuanya. Tetapi dalam ayat 21 tadi Petrus juga ingin mencari tahu apa yang akan terjadi dengan Yohanes, apa tugas untuk Yohanes. Mungkin saja Petrus dan murid-murid yang lain pikir begini, “Ini tugas kotong pung tugas sama-sama, tapi kotong mau tahu kira-kira kalo murid yang paling Tuhan Yesus sayang kira-kira dia dapat tugas istimewa apaoo atau kira-kira dia pung lebih ringan ko karmana?” Jadi ada kesan bahwa mereka mau saling tunggu dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh Tuhan Yesus. Seperti orang yang mau kerja sama-sama tapi masih bakuliat, bakutunggu dst. Itulah yang tidak diinginkan oleh Yesus.
Dalam pengalaman kita, misalnya seperti ada kerja bakti di gereja atau di kelurahan dan dimana saja. Saling tunggu dalam bekerja, itu biasa. Kenapa? Ya, sebab pekerjaan yang ada bukan hanya tugas saya tapi juga tugas dia. Karena itu dia datang baru kita kerja sama-sama. Tapi bapa, Mama, apa yang terjadi bila orang itu tidak datang? Jelas, pekerjaan tidak akan pernah beres. Banyak alasan bisa muncul. Malas kerja sendiri. Pekerjaan ini juga tanggung jawabnya. Atau rasa bergantung pada dia sudah begitu tinggi sehingga tanpa dia memang pekerjaan tidak bisa jalan. Kalau memang alasan terakhir ini lebih kuat, maka itu yang Tuhan Yesus tidak suka. Yang Ia suka ialah sekalipun orang itu tidak ada karya harus terus berlangsung. Pelayanan harus jalan. Kesaksian bagi gereja dan dunia jangan berhenti. Kenapa? Karena Saudara dan saya sesungguhnya adalah Yohanes masa kini : yang telah menerima karunia dari Allah untuk melakukan tugas itu. Jadi, untuk tugas itu jangan tunggu lagi Pak A, Pak B, Ibu Pendeta, Pak Pendeta atau siapapun juga; sebaliknya kalau memang itu tugasmu, maka kerjakanlah. Sebab kita atau saudara sendiri adalah Yohanes sama dengan Allah telah memberi karunia padamu. Setiap kita telah diberi karunia untuk mengerjakan tugas kita di dalam perjalanan kita mengikut Dia, mengikut Yesus. Jadi dalam pelayanan jangan kita bakuliat baru kerja. Eh, dia penatua juga tapi sering lupa dia pung tugas pimpin Ibadah Rumah Tangga, saya juga begitu sajalah, dia bisa, saya tidak bisa? Masak dia enak-enak trus kotong yang lain boleh setengah mati. Itu yang Tuhan Yesus tidak mau. Kalo ada yang tidak kerja, ada yang tidak mengerjakan tugasnya, jangan jadikan dia sebagai alasan bagi kita untuk tidak kerja juga. Karena itu nanti dia pung urusan dengan Tuhan, bukan kita punya urusan. Tuhan yang akan atur dia bukan kita. Tuhan juga yang atur kita, bukan kita atur Tuhan. Jadi yang penting adalah kita kerja apa yang harus kita kerja yaitu ikut Tuhan, bikin semua apa yang Tuhan suruh, Tuhan mau. Dan menyenangkan hati-Nya.
Suka repot dengan orang itu juga bukan hanya ada dalam pelayanan tetapi dalam hidup sehari-hari. Misalnya tiap hari kita hanya omong tentang orang yang baru saja diangkat jadi seorang pemimpin (ketua RW). “O, itu pasti ada kerja sama dengan si A, atau si B (Bapak Lurah)”. Kepada yang lain, (dia bilang), “bodoh begitu ju jadi pemimpin (RW)”. Padahal Monik sendiri seorang ketua RT yang baru saja dipilih oleh warga. Padahal suka repot dengan orang lain, itu baik juga. Artinya, kalau ada teman atau tetangga yang sakit maka siapa lagi yang bisa tolong bawa ke Rumah sakit kalau bukan kita yang ada dekat di situ. Tapi, jeleknya kalau repot dengan orang lain dalam arti omong orang punya jelek. Bagi yang punya sifat seperti ini, Tuhan Yesus justru bilang lebih baik jangan urus orang lain. Sebab itu sia-sia. Sebaliknya urus pekerjaanmu, urus dirimu. Supaya Kamu bisa menjadi penyalur karunia dan berkat bagi orang lain. Kenapa? Karena Kamu sedang mengikuti DIA. Dan itulah yang Yesus katakan kepada kita masing-masing. Serentak dengan itu kita sedang “tinggal” di dalam Yesus dan dengan sendirinya menjadi murid yang Ia kasihi.

Saudara-saudara kekasih Tuhan,
Tinggal di dalam Yesus ialah bikin apa yang bisa kita bikin menurut talenta yang Tuhan kasi atau berikan. Sebagai PNS, POLRI, TNI, sebagai pendidik, sebagai tukang, sebagai penjual, dan sebagai sopir, misalnya, jadilah pelayan masyarakat. Jangan bikin takut masyarakat dengan pekerjaanmu. Sebagai petani, pakai waktu yang ada untuk rawat tanaman yang ada sebaik-baiknya. Jangan hanya jalan-jalan saja lalu giliran musim panen maka mulai panen di kebun orang lain. Sebagai tukang ojek atau sopir, jangan iri dengan pendapatan teman yang lebih dari Anda. Kalau begitu berarti sudah repot dengan orang lain. Sebaiknya pakai waktu yang ada untuk cari penumpang dan nikmati hasilnya dari jerih lelahmu. Demikian halnya dengan profesi lainnya, pakai kesempatan itu untuk menabur karunia yang ada. Pada saat itu Saudara sesungguhnya telah menjadi murid yang Tuhan Yesus sayangi/kasihi. Kalau kita ikut Yesus, tinggal di dalam Yesus, kerja apa yang Tuhan Yesus suruh, tidak urus orang lain dalam arti negatif, tidak sok mau atur Tuhan segala, maka kita adalah murid yang dikasihi Yesus. Jadi bukan hanya Yohanes yang Yesus kasihi tetapi kita juga.
Mari kita ikut Yesus karena Ia sudah memberi perintah, “Engkau, ikutlah Aku”.

AMIN

Selengkapnya......

Rabu, 19 September 2007

Bersatu Adalah Kekuatan


Bersatu adalah Kekuatan
Oleh : Andrie Wongso*)


Alkisah, di sebuah kerajaan yang subur makmur, raja dicintai rakyatnya karena memerintah dengan
bijaksana, sehingga rakyat hidup aman dan sejahtera. Raja banyak mempunyai putra dan putri, namun sayang, sejak kecil mereka tidak pernah akur. Dari bertengkar mulut hingga beradu fisik sering terjadi di antara mereka. Raja sangat gelisah dan tidak tenang memikirkan ketidakakuran anak-anaknya. Bila tercerai-berai karena tidak akur bagaimana jika harus bertempur melawan musuh, begitu pikir sang raja. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberi pengertian kepada anak-anaknya agar jangan hanya memikirkan diri sendiri. Raja sangat menginginkan mereka akur sehingga bisa bahu-membahu jika menghadapi serangan dari luar, serta agar bisa memberi contoh rakyatnya hidup rukun di negeri sendiri. Suatu hari, saat berkumpul di meja makan, sebelum acara makan dimulai, raja memerintahkan kepada mereka: ”Anakku, ambillah sebatang sumpit di depan kalian dan coba patahkan.” Walaupun heran dengan perintah sang ayah, mereka segera mematuhinya dan mematahkan sumpit itu dengan mudah. Kemudian, raja meminta sumpit tambahan kepada pelayan. ”Sekarang, patahkan sepasang sumpit di depan kalian itu.”
Kembali mereka dengan senang hati memamerkan kekuatan fisik masing-masing dan segera patahlah sepasang sumpit tersebut.
Raja kemudian kembali meminta sumpit tambahan dan memerintahkan anak-anaknya mematahkan sumpit yang kali ini ada tiga batang. Dengan susah payah, ada yang berhasil mematahkan, namun ada juga yang akhirnya menyerah. Salah seorang dari mereka lantas bertanya: ”Ayah, mengapa kami harus mematahkan sumpit-sumpit ini dari satu batang hingga tiga batang. Untuk apa semua ini?” ”Pertanyaan bagus anakku. Sumpit-sumpit adalah sebuah perlambang kekuatan. Jika satu batang mudah dipatahkan, maka jika beberapa batang sumpit disatukan, tidak akan mudah untuk dipatahkan. Sama seperti kalian. Bila mau bersatu, maka tidak akan ada pihak luar atau musuh yang akan mengalahkan kita.
Tapi bila kekuatan kita tercerai berai, maka musuh akan mudah mengalahkan kita. Ayah ingin kalian bersatu, bersama-sama membangun negara dan rakyat negeri ini. Jika kita mampu menjaga kekompakan dan memberi contoh kepada seluruh rakyat negri ini, maka kerajaan kita pasti akan tetap sejahtera dan semakin makmur,”jelas sang raja. ”Anak-anakku, usia ayah sudah lanjut. Kini saatnya ayah titipkan kerajaan ini ke tangan kalian semua. Ayah percaya kalian akan mampu menyelesaikan masalah di negeri ini bila kalian bersatu.”

Bersatu adalah kekuatan
Untuk membangun komunitas baik keluarga, perusahaan, pemerintah, ataupun komunitas-komunitas lainnya, mutlak diperlukan semangat kekompakan, kebersamaan, dan persatuan. Seperti sebuah pepatah tiongkok kuno yang mengatakan,”Bersatu adalah kekuatan". Tanpa kekompakan akan mudah retak rapuh dan tercerai berai.”
Adanya persatuan yang dibangun berlandaskan pengertian dan kepercayaan antarpribadi, akan
memunculkan kekuatan sinergi yang solid dan mantap. Dengan modal tersebut, sebuah komunitas akan bisa berkembang menuju keberhasilan yang mengagumkan

Selengkapnya......