Jumat, 21 September 2007

Engkau, Ikutlah Aku

Kebaktian Utama
Minggu, 9 September 2007
Nats Pembimbing : Yoh 21 : 22
Pembacaan Alkitab : Yoh 21 : 20 – 23
Nyanyian :

Engkau, Ikutlah Aku
Dalam pembacaan kita hari ini ada disebutkan tentang seorang murid yang paling dikasihi Yesus dan murid itu tidak akan mati. Benarkah demikian saudara-saudara? Lalu siapa murid yang paling dikasihi Yesus itu? Ada penafsir bilang Yohanes adalah murid yang paling dikasihi Yesus. Dalam catatan, ia adalah putra Zebedeus dan mungkin juga putra Salome dan salah satu dari dua belas murid Yesus. Ia juga salah satu dari tiga murid istimewa bersama Petrus dan Yakobus. Ada dugaan Yohanes adalah penulis kitab Yohanes. Ia tinggal di Efesus dan dibunuh semasa pemerintahan Kaisar Traianus pada awal abad ke-2 Masehi. Secara harafiah nama Yohanes itu berarti Allah memberi karunia.

Ayat 20-21 sebenarnya hendak menolong kita untuk mengerti apa yang Tuhan Yesus mau katakan tentang murid yang dikasihi itu dalam ayat 22. Yaitu Peran dari murid yang dikasihi itu sebagai saksi hingga kedatangan Yesus yang terbukti dengan ditulisnya kitab Yohanes ini. Dalam ayat 22 ada semacam pemahaman bahwa murid yang dikasihi itu akan hidup terus sampai Tuhan Yesus datang kembali. Sehingga perkataan Yesus di sini mengingatkan kita untuk tidak ambil pusing tentang pemahaman itu. Yang penting bagi Yesus ialah ikut Dia. Dan dalam ayat 23 menjadi lebih jelas bahwa kabar tentang murid yang dikasihi itu tidak akan mati adalah omong kosong. Dalam ayat 22 kata asli (Yunani) tidak menggunakan “mati” atau “hidup” tetapi murid yang dikasihi itu akan “tinggal”. Bahkan dalam ayat 24, murid yang dikasihi itu akan tinggal dalam jemaat untuk memberi kesaksian meskipun secara fisik ia sudah mati. Lalu perkataan murid yang dikasihi itu diarahkan kepada Petrus. Maksudnya, Yesus tidak hendak membanding-bandingkan satu murid dengan murid yang lain. Lebih dari itu Yesus juga ingin agar jangan urus orang lain tapi lebih baik urus dirimu sendiri.

Saudara-saudara kekasih Tuhan,
Perikop sebelumnya menceritakan tentang tugas yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada Simon Petrus dan apa yang akan terjadi padanya pada masa tuanya. Tetapi dalam ayat 21 tadi Petrus juga ingin mencari tahu apa yang akan terjadi dengan Yohanes, apa tugas untuk Yohanes. Mungkin saja Petrus dan murid-murid yang lain pikir begini, “Ini tugas kotong pung tugas sama-sama, tapi kotong mau tahu kira-kira kalo murid yang paling Tuhan Yesus sayang kira-kira dia dapat tugas istimewa apaoo atau kira-kira dia pung lebih ringan ko karmana?” Jadi ada kesan bahwa mereka mau saling tunggu dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh Tuhan Yesus. Seperti orang yang mau kerja sama-sama tapi masih bakuliat, bakutunggu dst. Itulah yang tidak diinginkan oleh Yesus.
Dalam pengalaman kita, misalnya seperti ada kerja bakti di gereja atau di kelurahan dan dimana saja. Saling tunggu dalam bekerja, itu biasa. Kenapa? Ya, sebab pekerjaan yang ada bukan hanya tugas saya tapi juga tugas dia. Karena itu dia datang baru kita kerja sama-sama. Tapi bapa, Mama, apa yang terjadi bila orang itu tidak datang? Jelas, pekerjaan tidak akan pernah beres. Banyak alasan bisa muncul. Malas kerja sendiri. Pekerjaan ini juga tanggung jawabnya. Atau rasa bergantung pada dia sudah begitu tinggi sehingga tanpa dia memang pekerjaan tidak bisa jalan. Kalau memang alasan terakhir ini lebih kuat, maka itu yang Tuhan Yesus tidak suka. Yang Ia suka ialah sekalipun orang itu tidak ada karya harus terus berlangsung. Pelayanan harus jalan. Kesaksian bagi gereja dan dunia jangan berhenti. Kenapa? Karena Saudara dan saya sesungguhnya adalah Yohanes masa kini : yang telah menerima karunia dari Allah untuk melakukan tugas itu. Jadi, untuk tugas itu jangan tunggu lagi Pak A, Pak B, Ibu Pendeta, Pak Pendeta atau siapapun juga; sebaliknya kalau memang itu tugasmu, maka kerjakanlah. Sebab kita atau saudara sendiri adalah Yohanes sama dengan Allah telah memberi karunia padamu. Setiap kita telah diberi karunia untuk mengerjakan tugas kita di dalam perjalanan kita mengikut Dia, mengikut Yesus. Jadi dalam pelayanan jangan kita bakuliat baru kerja. Eh, dia penatua juga tapi sering lupa dia pung tugas pimpin Ibadah Rumah Tangga, saya juga begitu sajalah, dia bisa, saya tidak bisa? Masak dia enak-enak trus kotong yang lain boleh setengah mati. Itu yang Tuhan Yesus tidak mau. Kalo ada yang tidak kerja, ada yang tidak mengerjakan tugasnya, jangan jadikan dia sebagai alasan bagi kita untuk tidak kerja juga. Karena itu nanti dia pung urusan dengan Tuhan, bukan kita punya urusan. Tuhan yang akan atur dia bukan kita. Tuhan juga yang atur kita, bukan kita atur Tuhan. Jadi yang penting adalah kita kerja apa yang harus kita kerja yaitu ikut Tuhan, bikin semua apa yang Tuhan suruh, Tuhan mau. Dan menyenangkan hati-Nya.
Suka repot dengan orang itu juga bukan hanya ada dalam pelayanan tetapi dalam hidup sehari-hari. Misalnya tiap hari kita hanya omong tentang orang yang baru saja diangkat jadi seorang pemimpin (ketua RW). “O, itu pasti ada kerja sama dengan si A, atau si B (Bapak Lurah)”. Kepada yang lain, (dia bilang), “bodoh begitu ju jadi pemimpin (RW)”. Padahal Monik sendiri seorang ketua RT yang baru saja dipilih oleh warga. Padahal suka repot dengan orang lain, itu baik juga. Artinya, kalau ada teman atau tetangga yang sakit maka siapa lagi yang bisa tolong bawa ke Rumah sakit kalau bukan kita yang ada dekat di situ. Tapi, jeleknya kalau repot dengan orang lain dalam arti omong orang punya jelek. Bagi yang punya sifat seperti ini, Tuhan Yesus justru bilang lebih baik jangan urus orang lain. Sebab itu sia-sia. Sebaliknya urus pekerjaanmu, urus dirimu. Supaya Kamu bisa menjadi penyalur karunia dan berkat bagi orang lain. Kenapa? Karena Kamu sedang mengikuti DIA. Dan itulah yang Yesus katakan kepada kita masing-masing. Serentak dengan itu kita sedang “tinggal” di dalam Yesus dan dengan sendirinya menjadi murid yang Ia kasihi.

Saudara-saudara kekasih Tuhan,
Tinggal di dalam Yesus ialah bikin apa yang bisa kita bikin menurut talenta yang Tuhan kasi atau berikan. Sebagai PNS, POLRI, TNI, sebagai pendidik, sebagai tukang, sebagai penjual, dan sebagai sopir, misalnya, jadilah pelayan masyarakat. Jangan bikin takut masyarakat dengan pekerjaanmu. Sebagai petani, pakai waktu yang ada untuk rawat tanaman yang ada sebaik-baiknya. Jangan hanya jalan-jalan saja lalu giliran musim panen maka mulai panen di kebun orang lain. Sebagai tukang ojek atau sopir, jangan iri dengan pendapatan teman yang lebih dari Anda. Kalau begitu berarti sudah repot dengan orang lain. Sebaiknya pakai waktu yang ada untuk cari penumpang dan nikmati hasilnya dari jerih lelahmu. Demikian halnya dengan profesi lainnya, pakai kesempatan itu untuk menabur karunia yang ada. Pada saat itu Saudara sesungguhnya telah menjadi murid yang Tuhan Yesus sayangi/kasihi. Kalau kita ikut Yesus, tinggal di dalam Yesus, kerja apa yang Tuhan Yesus suruh, tidak urus orang lain dalam arti negatif, tidak sok mau atur Tuhan segala, maka kita adalah murid yang dikasihi Yesus. Jadi bukan hanya Yohanes yang Yesus kasihi tetapi kita juga.
Mari kita ikut Yesus karena Ia sudah memberi perintah, “Engkau, ikutlah Aku”.

AMIN

Tidak ada komentar: