Kebaktian Utama
Minggu, 9 September 2007
Nats Pembimbing : Mat. 25 : 45
Pembacaan Alkitab : Mark. 7 : 31 - 37
Nyanyian : KJ 15:1,3/ KJ 3:1,3/ KJ 27:1/ KJ 36:1/ KJ 46/ KJ 280:1-3/ KJ 450:1–dst/ KJ 425 : 1,3
Efata !!, Terbukalah !!!
Saudara-saudara kekasih Tuhan !
Efata! Artinya : Terbukalah! Banyak gereja yang diberi nama Efata. Kalau di NTT tentu kita ingat di Soe ada gereja yang bernama Efata. Mungkin ada lagi ditempat lain. Efata bisa berati bahwa gereja itu sudah sembuh dari bisu atau gagap dan tuli.
Seorang yang bisu, pasti mengalami tuli sejak lahir. Sejak saya lahir sampai sekarang ini, saya tidak pernah tahu bahwa orang bisu tuli bisa sembuh kecuali dari kesaksian Alkitab.
Banyak orang pada zaman Yesus yakin bahwa orang yang bisu/gagap tuli itu orang yang di kutuk oleh Allah. orang yang bisu/gagap tuli mereka juga mengalami kesusahan dalam komunikasi dengannya. Apalagi dia dianggap orang yang terkutuk, ia dijauhi oleh masyarakat. Namun puji Tuhan Yesus menyembuhkan orang itu dengan caranya sendiri. Setelah menegadah ke langit, kemudian Ia berkata Efata yang artinya Terbukalah, seketika itu mujizat pun terjadi. Kesembuhan menjadi milik orang itu. Bukan saja sakitnya yang disembuhkan, tetapi lebih dari itu ia bisa mengalami hidup secara normal. Ia dibebaskan dari kutukan.
Terbukalah! Sesuatu yang menutup telinganya selama ini, terlepas; sesuatu yang mengikat lidahnya selama ini, terlepas; beban yang selama ini menindih hidupnya terangkat.
Saudara-saudara kekasih Tuhan !
Ayat 31-32, banyak orang di daerah Dekapolis, rupanya, telah mendengar tentang Yesus, sehingga mereka membawa orang yang gagap dan tuli itu supaya disembuhkan oleh Yesus. Dulu belum ada alat telekomunikasi; telepon, belum ada handphone, belum ada radiogram/telegram, namun berita tentang Yesus tersiar dari mulut ke mulut orang Kupang pakai istilah mulut gram.
Dalam ayat 33-35, peristiwa penyembuhannya itu dimana Yesus membawa orang yang bisu/gagap tuli itu menjauh dari banyak orang. Tetapi rupanya tidak terlalu jauh, sehingga orang-orang bisa mendengar kata-kata Yesus. Dengan cara yang unik, memakai ludah dan doa, lalu dengan satu kata ”Efata” orang gagap tuli itu sembuh saat itu juga.
Peristiwa penyembuhan Yesus itu sungguh luar biasa, membuat takjub, kagum dan gempar orang-orang yang menyaksikan mujizat itu.
Pada ayat 36 anehnya Yesus menyuruh mereka tutup mulut. Yesus berpesan kepada orang-orang banyak di situ agar tidak menceritakan peristiwa itu kepada siapapun juga. Namun pesan Yesus tidak dipedulikan mereka, bahkan berita itu makin tersiar kemana-mana. Heran juga. Ini bisa dikatakan melawan Yesus. Mengapa? Mereka tak bisa menyembuyikan rasa sukacita, keheranan, kekaguman bahkan rasa hormat mereka terhadap Yesus dan apa yang dilakukan-Nya. ”ia menjadikan segala-galanya baik.....”( ayat 37)
Memang, berita ini kalau didengar orang Farisi, ahli-ahli Taurat lainnya, mereka akan marah dengan apa yang dibuat Yesus. Tetapi Yesus tidak peduli dengan orang-orang itu, karena misi utama-Nya adalah menolong orang-orang susah, yang miskin, yang ditindas penguasa, dan yang diabaikan oleh masyarakat.
Di ayat 37, banyak orang menjadi takjub dan memuji Yesus. ”Ia menjadikan segala-galanya baik”. Hal ini benar-benar menjadi kabar baik bagi orang-orang menderita, tetapi di sisi lain merupakan tanggapan banyak orang terhadap ”penguasa” bahkan ”mahkamah agama” yang telah merusak masa depan masyarakat atau umat. Dengan demikian, ”baik tidak semata-mata sembuh dari penyakit, karena tidak semua orang menderita sakit secara fisik. Mereka semua mengalami tekanan yang berat, baik hidup sebagai masyarakat maupun sebagai umat Allah. Suasana telah menjadi lebih baik, dan pengharapan semakin lebih mengembirakan. Dalam kedaaan itulah, kehadiran Yesus sangat diharapkan.
Saudara-saudara kekasih Tuhan !
Sebagai kepala Gereja, penyembuhan yang dilakukan Yesus menunjukkan bahwa gereja juga berperan untuk menjadikan segala sesuatu menjadi baik. Gereja dalam hal ini bukan saja para pemimpin, para pelayan, para pekerja gereja tetapi juga segenap warganya didorong untuk memiliki rasa solidaritas, kepekaan dan perhatian terhadap orang-orang yang mengalami, kesusahan, kesulitan, keterpurukan dan pergumulan-pergumulan tertentu.
Lebih dari itu juga gereja hadir untuk membuat suasana persekutuan jemaat menjadi nyaman dan memberi pengharapan yang mengembirakan dan suasana itu bukan saja dipromotori oleh pemimpin, pekerja gereja tetapi juga segenap warganya didorong untuk melakukannya juga tanpa harus diminta terlebih dahulu.
Bagi gereja yang bernama Jemaat Efata tentu telinganya tidak tuli untuk mendengar jeritan penderitaan warganya karena kesulitan dan kesusahan. Dengan demikian gereja lebih cepat berinisiatif untuk menolong dengan segala kemampuan yang ada, mengalang segala komponen jemaat untuk berpartisipasi dalam meringankan bahkan melepaskan kesusahan yang dialami warganya.
Dan mulutnya tidak gagap lagi, sehingga mampu berkomunikasi dengan baik di tengah persekutuan jemaat. Singkatnya, telinga dan mulut perlu digunakan untuk menggerakan pelayanan kepada warga jemaat yang lapar, dan haus, tiada tumpangan, telanjang, sakit dan terpenjara ( Matius 25 : 31 – 46 ).
Bagi gereja yang telinganya tertutup dan tidak mau mendengar jeritan warganya, dan yang mulutnya membisu Terhadap Kesusahan Yang Dialami Warganya; Kini Yesus datang meludahi telingamu, mendoakanmu, dan berkata kepadamu; ”Efata!” yang artinya ”Terbukalah!”
Saudara-saudara kekasih Tuhan !
Sebentar kita akan mensyukuri 3 tahun berdirinya gereja Genesaret Danau Ina. Bagiamana kita sebagai persekutuan memaknai pertambahan usia 3 tahun ini.
Kita pun tidak bisa menutup mulut, berdiam diri. Kita harus bersaksi memberitakan injil atau kabar baik tentang Yesus kepada orang-orang disekeliling kita, khususnya yang belum baik. Bukan itu saja! kita pun dipanggil untuk berpartisipasi dalam misi Kristus, yakni menjadikan segala sesuatu baik, dan bukan sebaliknya. Sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus bapa, mama, saudara/i dan saya adalah agen Kristus untuk kebaikan dan kedamaian di tengah masyarakat dan umat Tuhan. Marilah kita menjadi saksi bagi-Nya dalam kata dan perbuatan yang memuliakan Tuhan. kita harus sama seperti orang-orang yang menyaksikan perbuatan dan kabar sukacita yang dibuat Tuhan terhadap sibisu tuli dan tetap mau menyiarkan kabar sukacita lewat perbuatan kita juga. Sebagai pengikut Kristus maka jangan takut untuk memberikan kesaksian tentang perbuatan Allah yang baik dalam hidup kita. Dan jangan mengandalkan kemampuan kita saja yang kadangkala ini yang membuat kita lupa atau tidak mengakui bahwa Allahlah yang hadir dan menuntun hidup kita setiap saat dalam suka dan duka.
Memaknai 3 tahun bertumbuhnya gereja Genesaret danau Ina. Visi dan Misi pelayanan kita mulailah dari apa yang dapat kita lakukan dan apa yang ada pada kita untuk membawa syalom Allah ditengah-tengah persekutuan kita. Dan tentu dengan demikian tangan Tuhan yang telah menumbuhkan persekutuan gereja ini, mengaruniakan kita semua baik itu pekerja gereja dan jemaat keseluruhan hikmat-Nya, kearifan-Nya dan kebijaksanaan-Nya dan kasih-Nya untuk menjalankan pelayanan untuk dan demi kemulian nama Tuhan.
Menutup khotbah ini saya akan menyampaikan cerita tentang hidup orang dalam persekutuan sebagai sebuah keluarga :
Ada 2 orang bersaudara. Barra menikah dan memiliki dua orang anak, sedangkan Barri tidak menikah. Kedua orang tua mereka sudah lama meninggal dan kini mereka berdua menggarap ladang peninggalan orang tua mereka. Setiap tahun mereka membagi rata hasil ladang mereka.
Suatu hari Barra berpikir, “ Kasihan sekali saudaraku Barri, dia tidak menikah sehingga tidak ada yang memperhatikan dia kelak pada masa tuanya. Sedangkan aku memiliki isteri dan anak-anakku yang bisa merawatku ketika aku tua. Rasanya tidak adil jika hasil ladang yang kami garap harus dibagi sama rata. Aku harus memberikan lebih banyak kepadanya. “ Maka Barra pun pergi secara diam-diam memasukan beberapa karung padi dalam lumbung Barri. Sementara itu, Barri pun berpikir demikian, “ Tidak adil kalau hasil ladang ini kami bagi rata. Saudara Barra lebih banyak tanggungan daripada aku. Ia mempunyai isteri dan anak-anak yang harus diberi makan, aku harus memberikan sebagian dari bagianku, “ maka pada malam hari Barri pun pergi secara diam-diam memasukan padi ke lumbung saudaranya.
Mereka terus melakukannya selama bertahun-tahun, sehingga keduanya selalu memiliki persediaan makanan yang lebih. Menjelang berakhirnya musim panen tahun itu, masing-masing dari mereka melakukan kebiasaan mengantar padi ke lumbung saudaranya. Sambil memikul karung padi di pundaknya, Barra berjalan di kegelapan malam menuju lumbung saudaranya
Suatu ketika pada satu malam terdengar satu bunyi yang sangat keras, ternyata bunyi dua orang bertabrakan didalam kegelapan. Ada seseorang yang menabrak Barra hingga ia jatuh. Sedikit cahaya bintang pada kegelapan itu sudah cukup membuat Barra melihat bahwa orang menabraknya itu juga memikul karung padi dipunggungnya. Ketika mereka saling meminta maaf, Barra baru mengetahui bahwa orang yang menabraknya itu tidak lain adalah Barri saudaranya yang juga sedang menuju lumbung Barra. Akhirnya kedua saudara itu berpelukan dan menangis. Kegelapan malam telah berubah menjadi terang dan melihat itu sebuah suara indah pasti terdengar, “ Aku menyukai semua ini dan Aku hadir di sini. Karena di mana ada kasih antara sesama, disitulah Aku datang dan memberkati. “
Tuhan berjanji bahwa dimana ada kerukunan dan perhatian antara satu sama lain, disitu Ia hadir dan mencurahkan berkat-berkatNya. Janganlah berbagai beban hidup dan pernak-pernik persoalan yang menyertai kita, membuat kasih dan perhatian kita kepada sesama menjadi terkikis. Dunia yang kita hidupi sekarang ini mendorong orang memikirkan diri sendiri dan kepentingannya saja. Tapi hari ini kita diingatkan kembali untuk saling mengasihi dan saling memperhatikan, karena di sanalah berkat-berkat Tuhan tercurah bagi kita.
Tuhan memberkati Kita
Amin.
Minggu, 9 September 2007
Nats Pembimbing : Mat. 25 : 45
Pembacaan Alkitab : Mark. 7 : 31 - 37
Nyanyian : KJ 15:1,3/ KJ 3:1,3/ KJ 27:1/ KJ 36:1/ KJ 46/ KJ 280:1-3/ KJ 450:1–dst/ KJ 425 : 1,3
Efata !!, Terbukalah !!!
Saudara-saudara kekasih Tuhan !
Efata! Artinya : Terbukalah! Banyak gereja yang diberi nama Efata. Kalau di NTT tentu kita ingat di Soe ada gereja yang bernama Efata. Mungkin ada lagi ditempat lain. Efata bisa berati bahwa gereja itu sudah sembuh dari bisu atau gagap dan tuli.
Seorang yang bisu, pasti mengalami tuli sejak lahir. Sejak saya lahir sampai sekarang ini, saya tidak pernah tahu bahwa orang bisu tuli bisa sembuh kecuali dari kesaksian Alkitab.
Banyak orang pada zaman Yesus yakin bahwa orang yang bisu/gagap tuli itu orang yang di kutuk oleh Allah. orang yang bisu/gagap tuli mereka juga mengalami kesusahan dalam komunikasi dengannya. Apalagi dia dianggap orang yang terkutuk, ia dijauhi oleh masyarakat. Namun puji Tuhan Yesus menyembuhkan orang itu dengan caranya sendiri. Setelah menegadah ke langit, kemudian Ia berkata Efata yang artinya Terbukalah, seketika itu mujizat pun terjadi. Kesembuhan menjadi milik orang itu. Bukan saja sakitnya yang disembuhkan, tetapi lebih dari itu ia bisa mengalami hidup secara normal. Ia dibebaskan dari kutukan.
Terbukalah! Sesuatu yang menutup telinganya selama ini, terlepas; sesuatu yang mengikat lidahnya selama ini, terlepas; beban yang selama ini menindih hidupnya terangkat.
Saudara-saudara kekasih Tuhan !
Ayat 31-32, banyak orang di daerah Dekapolis, rupanya, telah mendengar tentang Yesus, sehingga mereka membawa orang yang gagap dan tuli itu supaya disembuhkan oleh Yesus. Dulu belum ada alat telekomunikasi; telepon, belum ada handphone, belum ada radiogram/telegram, namun berita tentang Yesus tersiar dari mulut ke mulut orang Kupang pakai istilah mulut gram.
Dalam ayat 33-35, peristiwa penyembuhannya itu dimana Yesus membawa orang yang bisu/gagap tuli itu menjauh dari banyak orang. Tetapi rupanya tidak terlalu jauh, sehingga orang-orang bisa mendengar kata-kata Yesus. Dengan cara yang unik, memakai ludah dan doa, lalu dengan satu kata ”Efata” orang gagap tuli itu sembuh saat itu juga.
Peristiwa penyembuhan Yesus itu sungguh luar biasa, membuat takjub, kagum dan gempar orang-orang yang menyaksikan mujizat itu.
Pada ayat 36 anehnya Yesus menyuruh mereka tutup mulut. Yesus berpesan kepada orang-orang banyak di situ agar tidak menceritakan peristiwa itu kepada siapapun juga. Namun pesan Yesus tidak dipedulikan mereka, bahkan berita itu makin tersiar kemana-mana. Heran juga. Ini bisa dikatakan melawan Yesus. Mengapa? Mereka tak bisa menyembuyikan rasa sukacita, keheranan, kekaguman bahkan rasa hormat mereka terhadap Yesus dan apa yang dilakukan-Nya. ”ia menjadikan segala-galanya baik.....”( ayat 37)
Memang, berita ini kalau didengar orang Farisi, ahli-ahli Taurat lainnya, mereka akan marah dengan apa yang dibuat Yesus. Tetapi Yesus tidak peduli dengan orang-orang itu, karena misi utama-Nya adalah menolong orang-orang susah, yang miskin, yang ditindas penguasa, dan yang diabaikan oleh masyarakat.
Di ayat 37, banyak orang menjadi takjub dan memuji Yesus. ”Ia menjadikan segala-galanya baik”. Hal ini benar-benar menjadi kabar baik bagi orang-orang menderita, tetapi di sisi lain merupakan tanggapan banyak orang terhadap ”penguasa” bahkan ”mahkamah agama” yang telah merusak masa depan masyarakat atau umat. Dengan demikian, ”baik tidak semata-mata sembuh dari penyakit, karena tidak semua orang menderita sakit secara fisik. Mereka semua mengalami tekanan yang berat, baik hidup sebagai masyarakat maupun sebagai umat Allah. Suasana telah menjadi lebih baik, dan pengharapan semakin lebih mengembirakan. Dalam kedaaan itulah, kehadiran Yesus sangat diharapkan.
Saudara-saudara kekasih Tuhan !
Sebagai kepala Gereja, penyembuhan yang dilakukan Yesus menunjukkan bahwa gereja juga berperan untuk menjadikan segala sesuatu menjadi baik. Gereja dalam hal ini bukan saja para pemimpin, para pelayan, para pekerja gereja tetapi juga segenap warganya didorong untuk memiliki rasa solidaritas, kepekaan dan perhatian terhadap orang-orang yang mengalami, kesusahan, kesulitan, keterpurukan dan pergumulan-pergumulan tertentu.
Lebih dari itu juga gereja hadir untuk membuat suasana persekutuan jemaat menjadi nyaman dan memberi pengharapan yang mengembirakan dan suasana itu bukan saja dipromotori oleh pemimpin, pekerja gereja tetapi juga segenap warganya didorong untuk melakukannya juga tanpa harus diminta terlebih dahulu.
Bagi gereja yang bernama Jemaat Efata tentu telinganya tidak tuli untuk mendengar jeritan penderitaan warganya karena kesulitan dan kesusahan. Dengan demikian gereja lebih cepat berinisiatif untuk menolong dengan segala kemampuan yang ada, mengalang segala komponen jemaat untuk berpartisipasi dalam meringankan bahkan melepaskan kesusahan yang dialami warganya.
Dan mulutnya tidak gagap lagi, sehingga mampu berkomunikasi dengan baik di tengah persekutuan jemaat. Singkatnya, telinga dan mulut perlu digunakan untuk menggerakan pelayanan kepada warga jemaat yang lapar, dan haus, tiada tumpangan, telanjang, sakit dan terpenjara ( Matius 25 : 31 – 46 ).
Bagi gereja yang telinganya tertutup dan tidak mau mendengar jeritan warganya, dan yang mulutnya membisu Terhadap Kesusahan Yang Dialami Warganya; Kini Yesus datang meludahi telingamu, mendoakanmu, dan berkata kepadamu; ”Efata!” yang artinya ”Terbukalah!”
Saudara-saudara kekasih Tuhan !
Sebentar kita akan mensyukuri 3 tahun berdirinya gereja Genesaret Danau Ina. Bagiamana kita sebagai persekutuan memaknai pertambahan usia 3 tahun ini.
Kita pun tidak bisa menutup mulut, berdiam diri. Kita harus bersaksi memberitakan injil atau kabar baik tentang Yesus kepada orang-orang disekeliling kita, khususnya yang belum baik. Bukan itu saja! kita pun dipanggil untuk berpartisipasi dalam misi Kristus, yakni menjadikan segala sesuatu baik, dan bukan sebaliknya. Sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus bapa, mama, saudara/i dan saya adalah agen Kristus untuk kebaikan dan kedamaian di tengah masyarakat dan umat Tuhan. Marilah kita menjadi saksi bagi-Nya dalam kata dan perbuatan yang memuliakan Tuhan. kita harus sama seperti orang-orang yang menyaksikan perbuatan dan kabar sukacita yang dibuat Tuhan terhadap sibisu tuli dan tetap mau menyiarkan kabar sukacita lewat perbuatan kita juga. Sebagai pengikut Kristus maka jangan takut untuk memberikan kesaksian tentang perbuatan Allah yang baik dalam hidup kita. Dan jangan mengandalkan kemampuan kita saja yang kadangkala ini yang membuat kita lupa atau tidak mengakui bahwa Allahlah yang hadir dan menuntun hidup kita setiap saat dalam suka dan duka.
Memaknai 3 tahun bertumbuhnya gereja Genesaret danau Ina. Visi dan Misi pelayanan kita mulailah dari apa yang dapat kita lakukan dan apa yang ada pada kita untuk membawa syalom Allah ditengah-tengah persekutuan kita. Dan tentu dengan demikian tangan Tuhan yang telah menumbuhkan persekutuan gereja ini, mengaruniakan kita semua baik itu pekerja gereja dan jemaat keseluruhan hikmat-Nya, kearifan-Nya dan kebijaksanaan-Nya dan kasih-Nya untuk menjalankan pelayanan untuk dan demi kemulian nama Tuhan.
Menutup khotbah ini saya akan menyampaikan cerita tentang hidup orang dalam persekutuan sebagai sebuah keluarga :
Ada 2 orang bersaudara. Barra menikah dan memiliki dua orang anak, sedangkan Barri tidak menikah. Kedua orang tua mereka sudah lama meninggal dan kini mereka berdua menggarap ladang peninggalan orang tua mereka. Setiap tahun mereka membagi rata hasil ladang mereka.
Suatu hari Barra berpikir, “ Kasihan sekali saudaraku Barri, dia tidak menikah sehingga tidak ada yang memperhatikan dia kelak pada masa tuanya. Sedangkan aku memiliki isteri dan anak-anakku yang bisa merawatku ketika aku tua. Rasanya tidak adil jika hasil ladang yang kami garap harus dibagi sama rata. Aku harus memberikan lebih banyak kepadanya. “ Maka Barra pun pergi secara diam-diam memasukan beberapa karung padi dalam lumbung Barri. Sementara itu, Barri pun berpikir demikian, “ Tidak adil kalau hasil ladang ini kami bagi rata. Saudara Barra lebih banyak tanggungan daripada aku. Ia mempunyai isteri dan anak-anak yang harus diberi makan, aku harus memberikan sebagian dari bagianku, “ maka pada malam hari Barri pun pergi secara diam-diam memasukan padi ke lumbung saudaranya.
Mereka terus melakukannya selama bertahun-tahun, sehingga keduanya selalu memiliki persediaan makanan yang lebih. Menjelang berakhirnya musim panen tahun itu, masing-masing dari mereka melakukan kebiasaan mengantar padi ke lumbung saudaranya. Sambil memikul karung padi di pundaknya, Barra berjalan di kegelapan malam menuju lumbung saudaranya
Suatu ketika pada satu malam terdengar satu bunyi yang sangat keras, ternyata bunyi dua orang bertabrakan didalam kegelapan. Ada seseorang yang menabrak Barra hingga ia jatuh. Sedikit cahaya bintang pada kegelapan itu sudah cukup membuat Barra melihat bahwa orang menabraknya itu juga memikul karung padi dipunggungnya. Ketika mereka saling meminta maaf, Barra baru mengetahui bahwa orang yang menabraknya itu tidak lain adalah Barri saudaranya yang juga sedang menuju lumbung Barra. Akhirnya kedua saudara itu berpelukan dan menangis. Kegelapan malam telah berubah menjadi terang dan melihat itu sebuah suara indah pasti terdengar, “ Aku menyukai semua ini dan Aku hadir di sini. Karena di mana ada kasih antara sesama, disitulah Aku datang dan memberkati. “
Tuhan berjanji bahwa dimana ada kerukunan dan perhatian antara satu sama lain, disitu Ia hadir dan mencurahkan berkat-berkatNya. Janganlah berbagai beban hidup dan pernak-pernik persoalan yang menyertai kita, membuat kasih dan perhatian kita kepada sesama menjadi terkikis. Dunia yang kita hidupi sekarang ini mendorong orang memikirkan diri sendiri dan kepentingannya saja. Tapi hari ini kita diingatkan kembali untuk saling mengasihi dan saling memperhatikan, karena di sanalah berkat-berkat Tuhan tercurah bagi kita.
Tuhan memberkati Kita
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar